TLKM.or.id – Aren sebagai salah satu produk pangan hutan memiliki potensi yang besar, baik dari segi ekonomi, pemerataan pendapatan, dan penanggulangan kemiskinan, serta aspek ekologis. Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM) sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat menjadikan aren sebagai salah satu komoditi yang patut dikelola dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan pendapatan. Salah satu potensi yang didampingi oleh TLKM ialah pengelolaan aren oleh Ibu Tia dan Bapak Sallang di Dusun Tallasa, Desa Samangki, Kab. Maros-Sulawesi Selatan.
Ibu Tia dan Bapak Sallang memiliki lahan yang ditumbuhi aren seluas 0,5 ha. Sekitar 1000 pohon aren yang tumbuh dilahan tersebut. Kondisi lahan aren yang dimiliki masih produktif, hanya beberapa pohon saja yang mati. Jarak lahan aren bapak sallang dari tempat tinggal sekitar 100 meter keatas. Tidak terjadi permasalahan terkait hutan aren yang dimiliki bapak Sallang. Ada legalitas SPPT atau tanda bukti penguasaan hutan aren. Mereka hanya membiarkan hutan aren tumbuh dengan alami, tidak mengalami proses pemeliharaan.
Bapak Sallang memanen arennya sebanyak dua kali dalam satu hari. Setiap aren diambil pada pagi hari pukul 06.00 wita sebanyak 25 liter. Sedangkan sore hari aren diambil pada pukul 17.00 wita sebanyak 25 liter. Mereka menyadap aren setiap hari dan memproduksi aren menjadi minuman tradisional “Ballo”. Untuk harga “Ballo” dijual seharga Rp. 1.500,- per liter. Tidak mengeluarkan biaya pada saat penyadapan, hanya menggunakan alat-alat tradisional seperti bambu, “songka”, dan karung.
Kadang mereka membuat gula jika air sadapan dari aren melebihi 100 liter, tetapi jika kurang dari itu, mereka memilih membuat tuak atau “Ballo”. Produksi “Ballo” lebih menguntungkan untuk Bapak Sallang, karena mereka bisa menjualnya setiap hari. Dalam setahun kadang membuat gula selama 5 bulan, selebihnya dibuat “Ballo”. Untuk 100 L aren biasanya dapat dibuat gula merah sebanyak 5 kg per hari. Gula merah tersebut dijual seharga Rp. 12.000,- per kg di pasar. Dalam pembuatan gula merah bapak Sallang membutuhkan 3 ikat kayu untuk bahan bakar. Kayu tersebut diambil di hutan, yang jaraknya dari rumah 1 km. Bapak Sallang mengambil kayu jika membuat gula merah sebanyak 3 kali dan jenis kayu yang diambil adalah kayu kasunu’.
Aren di Dusun Tallasa, Desa Samangki, Kab. Maros merupakan salah satu komoditas pangan hutan dimana mayoritas masyarakat Dusun Tallasa menjadikannya sebagai mata pencaharian utamanya. Oleh karenanya, pemahaman terkait prospek pengolahan aren menjadi produk bernilai jual tinggi penting untuk diberikan kepada masyarakat dusun tersebut. Selain itu, harmonisasi antar setiap stakeholder terkait perlu untuk dijaga, mengingat pengelolaan dan peningkatan produktivitas tidak cukup dilakukan ditataran masyarakat saja. Belum lagi distribusi dan pemasaran produk yang dihasilkan, juga memerlukan kerjasama yang apik antar tiap pihak.