Pengambilan Titik Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Enrekang

TLKM.or.id – Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM) melakukan riset lapangan di tiga Desa yakni, Desa Singki, Desa Buntu Sarong, Desa Lebani Kabupaten Enrekang. Riset yang dilakukan ini bertujuan mengembangkan data rawan bencana yang ada di Kabupaten Enrekang. Kenapa hanya ketiga desa tersebut yang terindikasi bencana, padahal desa yang ada di Kabupaten Enrekang hampir keseluruhan masuk kategori rawan bencana. Namun menurut data hasil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyatakan bahwa hanya ketiga desa tersebut yang tingkat bencananya bisa dikatakan sangat tinggi ketimbang desa lainnya.

Desa Buntu Sarong, Kecamatan Masalle, Kabupaten Enrekang merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng yang relative terjal, yakni sekitar 45 hingga 45 derajat. Hal ini didukung oleh keadaan topografi, struktur geologi dan jenis tanah di Desa Buntu Sarong yang mengindikasikan sebagai daerah rawan bencana longsor.

Senada dengan hasil data BPBD, menurut masyarakat setempat hampir setiap tahunnya Desa ini dilanda bencana longsor. Longsor biasanya terjadi pada saat musim hujan yang berkepanjangan. “Kalau hujan terus, pasti longsor disini tidak pernah tidak. Sudah pasti longsor.”

Di Desa ini juga pernah terjadi bencana longsor terparah pada bulan Juni 2014. Terdapat tiga titik longsor dengan Panjang longsor diperkirakan mencapai 10 hingga 70 meter dan dengan ketinggian mencapai 10 sampai 35 meter. Longsor ini terjadi di Dusun Kantonampadang dan Dusun Pattekong. Tidak hanya itu, bahkan jalan penghubung antar desa di Kecamatan Masalle dan Kecamatan Baroko terputus. Tanaman ‘Holtikultura’ alami rusak parah mencapai luas lima ha, sehingga merugikan masyarakat setempat.

Desa Singki, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang sama halnya dengan Desa Buntu Sarong yang memiliki kemiringan lereng terjal. Begitu pun topografi, jenis tanah dan pola penggunaan lahan itu hamper mirip.

Menurut Kepala Desa Singki menyatakan, tahun 2008 pernah terjadi bencana longsor yang besar. Bencana longsor ini mengakibatkan 1 rumah warga hancur. Lahan perkebunan coklat dan salak yang dimiliki warga seluas 3 ha habis tertimbun longsor. Material longsor juga menimbun badan jalan hingga beberapa meter, hal itu membuat akses warga Desa Singki ke desa lainnya sempat terputus.

Melihat kondisi yang dialami kedua desa tersebut, tidak jauh berbeda dengan Desa Lebani yang intensitas longsor begitu sangat tinggi. Tindakan yang dilakukan saat itu BNPB mulai menentukan titik-titik rawan bencana mulai dari yang rendah hingga tinggi. Kenapa BPBD lakukan hal itu?  untuk mencegah atau mengurangi dampak bencana longsor dan banjir yang akan terjadi pada desa-desa lainnya.

TLKM dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mencoba memberikan arahan dalam upaya penanggulangan bencana longsor. Masyarakat tidak lagi menggunakan areal lahan yang terindikasi atau pernah terjadi alami longsor. Kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat adalah rehabilitasi lahan dengan menanam pohon merupakan upaya yang mereka sadari dapat mencegah terjadinya bencana longsor untuk kedepannya.

SHARE POST