TLKM.or.id – Suko Tobalo yang dapat ditemui di Dusun Labaka, Desa Bulo-Bulo, Kab. Barru-Sulawesi Selatan ini dalam bahasa bugis dapat diartikan sebagai manusia belang. Memang betul suku Tobalo teridiri dari anggota keluarga yang kulitnya berwarna belang, tetapi bukan berarti semua anggota keluarga terdiri dari manusia belang (pada saat ini). Banyak orang beranggapan bahwa suku tobalo adalah suku dimana anggota keluarga Balo (belang).
Kurang lebih selama 4 hari perjalanan sy untuk melakukan riset kecil di suku tobalo. Dan orang asing pertama yang bermalam di rumah suku toballo adalah saya, kata Radda (suku tobalo).
Banyak sumber yang telah saya tanyai tentang sejarah atau asal usul mengenai suku tobalo ini termasuk orang tobalo sendiri, dari berbagai sumber yang saya tanyakan mulai dari Mantan Kepala desa, Kepala Dusun, Tokoh Masyarakt, Orang Yang pernah Meniliti disana, dan tokoh-tokoh adat yang berada disana. Tetapi hal yang megesankan bahwa dari kesemua hasil wawancara dan diskusi tidak ada sama sekali cerita yang sama, mulai dari cerita pemerkosaan, orang sakti, orang terasing, orang kepercayaan, sampai pada kuda. Tetapi ada benang merah yang dapat ditarik dari berbagai cerita tersebut masing-masing cerita mengandung unsur hubungan intim antar mahluk. Sedangkan untuk suko tobalo sendiri tidak bisa menceritakan sejarah dan asal usul kenapa mereka balo, alasannya cukup jelas bahwa hanya nenek moyang mereka yang tahu cerita sebenarnya.
Untuk Bahasa Suku To Balo berbicara menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa Bentong tapi dengan dialek To Balo. Itu Sebabnya itu suku To Balo sering dianggap sebagai bagian dari suku Bentong.
Silsilah Keluarga yang masih bisa terekam:
Umur:
Rieng dan Sabine sudah meninggal, dari hasil penggalian informasi diperkirakan keduanya meninggal, umurnya sudah menginjak diatas 60 tahun.
Nuru & Sabine berumur diatas 40tahun, Aktifitas kesehariannya bersama seluruh keluarganya dan berganti-gantian menjaga kebun dan sawah, dan memelihara ternak. Apalagi sawah yang dimiliki keluarga ini terpisah-pisah tidak dalam satu hamparan. Mengambil air aren untuk dijadikan gulamerah juga biasa dilakukan tetapi hanya menghasilkan 4-5 keping saja karena keluarga ini hanya memiliki 1 pohon aren. Pendidikan terakhir Nuru adalah SD, iya putus sekolah karna memang pada zaman itu sekolah lokasinya sangat jauh lebih dari 10km berjalan kaki melewati hutan.
Wahyuddin (Radda) berumur 20an tahun, dan istrinya Misnawati berumur 18 Tahun. Radda dan Misnawati baru saja menikah tahun lalu (2012) dan usia pernikahannya pun belum genap satu tahun. Pada saat itu Radda dan & misnawati kawin lari, mereka lari kerumah imam dusun labbaka, tapi setelah diselesaikan secara adat masih ada lagi tuntutan yang harus dilakukan oleh pasangan ini yaitu dikenal dengan istilah bersih rumah (pesta) kalau sebelum itu dilakukan oleh Radda, ia tidak bisa pergi jauh dari rumahnya, tidak bisa turun kesawah, tidak boleh berbicara sama orang lain. Apabila hal itu terjadi sebelum diadakannya pesta maka Radda akan didenda 500.000. Menurut hasil wawancara Radda membutuhkan uang 1jutaan untuk pesta tersebut tetapi waktu untuk mendapatkan uang 1 juta itu bisa sampai tak terhingga karena sampai sekarang Radda tidak bisa mengakses apapun untuk pencukupan ekonominya. Pada saat ini Radda tinggal dirumah mertuanya, lokasi rumah ini sangat dekat dengan kebun keluarga Nuru. Pendidikan terakhir Radda adalah SD, katanya dahulunya dia sangat ingin sekali melanjutkan sekolahnya tetapi tidak tahan akan ejekan.
Rampe berumur 19 tahun, dan suaminya Martan 27 tahun. Rempe sekarang tinggal dirumah suaminya, aktifitas kesehariannya hanya menemani suaminya untuk berkebun dan bersawah. Dan Monro berumur 16 tahun
Nurlela berumur 11 tahun, sekarang berada dibangku pendidikan kelas 4 SD dan aktif pergi belajar mengaji bersama teman-temannya, Sedangkan Sofyan masih berumur 5 tahun.
Suku tobalo yang memiliki kurang lebih 1 hektar lahan kebun yang ditanami kacang, lahan kebun tersebut berada di areal paling atas punggung bukit dengan kelerengan sangat curam. Memiliki sawah tadah hujan sekitar 0.7ha. Dan menggembalakan sapi sebanyak 8 ekor yang dahulunya hanya 2 ekor milik Pak Mantan Kepala desa.
Dari setiap panen Keluarga pak nuru hanya memanen sekitar 20 karung gabah dari sawahnya. Dan dari kebunnya sebanyak 3 karung kacang perpanen (belumdikupas). Yang kemudian dijual di ke pasar pekkae
Pada Tahun 2006 Depertemen sosial telah membuatkan rumah untuk keluarga pak nuru, Rumah tersebut adalah rumah pendek, berlantaikan semen, dinding papan dan atap semen. Menurut berbagai sumber informasi rumah tersebut tidak ditinggali oleh suku tobalo karena alasan tidak terbiasa dengan rumah itu, dan tidak mau menerima bantuan. Tetapi sebenarnya rumah tersebut tidak ditinggali karena lokasi rumah tersebut sangat jauh dari kabun dan sawah keluarga nuru.