TLKM.or.id – Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM) senantiasa mendorong peningkatan kapasitas setiap stakeholder serta mitra TLKM, termasuk kelompok tani sebagai aktor kunci keberhasilan dari pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari dan berkelanjutan. TLKM memandang salah satu kunci keberhasilan mengelola hutan adalah pengelolaan yang dilakukan dengan pendekatan partisipatif.
Sampai saat ini masyarakat yang berada pada kawasan hutan masih menggantungkan hidupnya dari hasil hutan. Salah satunya masyarakat di Desa Pattanyamang termasuk Kec. Camba, Kab. Maros yang berada dalam kawasan konservasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Mereka masih sangat bergantung dari hasil hutan, dalam hal ini hasil hutan bukan kayu, yakni madu hutan. Kolaborasi dalam pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti madu sangat diperlukan guna mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa mengurangi fungsi ekologi hutan. Terutama untuk menjawab tantangan global dalam hal kebutuhan masyarakat.
Dewasa ini kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan sebagai salah satu food suplement memicu terjadinya peningkatan terhadap kebutuhan tersebut. Data Asosiasi Perlebahan Indonesia (API), 2005 menyebut angka konsumsi madu Indonesia berkisar 7.000-15.000 ton per tahun. Sedangkan produksi madu Indonesia, per 2002 baru mencapai 4.000-5.000 ton per tahun. Di sini jelas tercipta jurang lebar antara tingkat kebutuhan dan produksi. Untuk itu, produksi madu di Desa Pattayamang sangat berpeluang untuk memberikan kontribusi terhadap kebutuhan madu di level lokal maupun level nasional. Namun, kapasitas masyarakat dalam mengelola madu secara berkelanjutan masih rendah. Melihat peluang ini, dan bantuan dari pihak TN Babul, TLKM berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat melalui “Pelatihan Peningkatan Produk Madu”. Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut kegiatan dari TN Babul bersama masyarakat setempat.